๐ŸŽ Aku Adalah Prasangka Hambaku

Aku bersama prasangka hambaku dan Aku akan selalu bersamanya. Selama dia mengingat-Ku maka Aku akan mengingatnya di dalam diri-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dengan begitu banyaknya, maka Aku akan mengingatnya lebih banyak darinya. Dan apabila dia mendekati-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta. Terjemahanfrasa AKU ADALAH SEPERTIMANA SANGKAAN HAMBAKU dari bahasa indonesia ke bahasa inggris dan contoh penggunaan "AKU ADALAH SEPERTIMANA SANGKAAN HAMBAKU" dalam kalimat dengan terjemahannya: Aku adalah sepertimana sangkaan hambaKu , dan Aku bersama dengannya Pertama Mengesakan Allah Ibnul Qayyim mengatakan, โ€œKecintaan kepada Allah, maโ€™rifat kepadaNya serta mengingatNya secara terus-menerus, tenang dan tenteram kepadaNya, mengesakanNya dalam kecintaan, rasa takut, pengharapan, tawakkal dan muโ€™amalah, dimana Dia sajalah yang menguasai harapan, keinginan dan tekad hamba, adalah sorga dunia, ุฅูู†ู’ุธูŽู†ู‘ูŽ ุจููŠ ุฎูŽูŠู’ุฑู‹ุง ููŽู„ูŽู‡ูุŒ ูˆูŽุฅูู†ู’ ุธูŽู†ู‘ูŽ ุดูŽุฑู‘ู‹ุง ููŽู„ูŽู‡ู. โ€œJika dia berbaik sangka berupa kebaikan, maka kebaikan baginya. Jika dia berprasangka buruk, maka keburukan pula baginya.โ€ ( [4]) Para hadirin yang dirahmati Allah๏ทป. Sungguh, tatkala seorang hamba senantiasa berprasangka baik TasbihDigital adalah Alat untuk pengingat jumlah hitungan Dzikir Kepada Allah SWT dan Sholawat Nabi Muhammad SAW. Toggle navigation. Tasbih Digital. โ€œDia Allah berfirman: โ€œAku bersama prasangka hambaKu, dan Aku Bersamanya ketika ia mengingatKu, jika ia mengingat/menyebutku dalam kesendirian, maka Aku Mengingatnya dalam DzatKu, jika ia Dan apabila hambaKu bertanya tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orangn yang berdoโ€™a apabila ia memohon mereka itu memenuhi (segala perintahK) agar mereka selalu berada dalam kebenaran.โ€ โ€˜โ€™ Aku sesuai dengan prasangka hambaKu terhadap diriKu. Aku Allahyang mengetahui yang ghoib dan yang nyata saja yang tahu apa yang terbaik bagi hambaNya. Seorang hamba yang merasa dekat dengan Allah harus tetap berbaik sangka kepadaNya. Karena semua taqdirnya baik untuk hanya bagaimana ia menyikapinya. Bila niโ€™mat Allah ia sambut dengan rasa syukur maka pahala baginya. Dalamhadits qudsi Allah berfirman "Aku bersama prasangka hamba-Ku kepada-Ku". Jika ia berprasangka baik, itulah yang ia dapatkan. Tetapi jika berprasangka buruk, itu pula yang ia dapatkan. (hadits hasan dalam kitab al-Jami' ash shaghir lis suyuthi). Demikian uraian singkat materi "Allah Bersama Prasangka Hamba-Ku Kepada-Ku". HUSNUZANKEPADA ALLAH SWT. Husnudzan artinya adalah berbaik sangka, berperasangka baik atau dikenal juga dengan istilah positiv thinking. Lawan katanya adalah suโ€™udzan yang memiliki pengertian buruk sangka, berperasangka buruk atau dikenal juga dengan istilah negative thinking. Perbuatan husnudzan merupakan akhlak terpuji, sebab mendatangkan c0CN. [Di dalam hadits Qudsi, Allah berkata โ€œAku tergantung prasangka hamba-Ku kepada-Ku.โ€] Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah berkata di dalam kitabnya Al-Mufhim โ€œDikatakan bahwa makna tergantung prasangka hamba-Ku kepada-Ku , yaitu Berprasangka akan dikabulkan ketika berdoa, Berprasangka akan diterima taubatnya, Berprasangka akan diampuni ketika beristighfar, Berprasangka akan dibalas setiap amal ibadah yang terpenuhi syaratnya dengan meyakini dan berpegang dengan janji Allah yang benar.โ€ ? Fathul Bari jilid 13/hal 386. โž–โž–โž–โž–โž–โž–โž–โž– โ€[ููŠ ุงู„ุญุฏูŠุซ ุงู„ู‚ุฏุณูŠ ูŠู‚ูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰] { ุฃู†ุง ุนู†ุฏ ุธู† ุนุจุฏูŠ ุจูŠ} ู‚ุงู„ ุงู„ู‚ุฑุทุจูŠ ููŠ ุงู„ู…ูู‡ู… ู‚ูŠู„ ู…ุนู†ู‰ ุธู† ุนุจุฏูŠ ุจูŠ ุธู† ุงู„ุฅุฌุงุจุฉ ุนู†ุฏ ุงู„ุฏุนู€ู€ุงุกุŒ ูˆุธู† ุงู„ู‚ุจูˆู„ ุนู†ุฏ ุงู„ุชูˆุจู€ุฉุŒ ูˆุธู† ุงู„ู…ุบูุฑุฉ ุนู†ุฏ ุงู„ุงุณุชุบูุงุฑุŒ ูˆุธู† ุงู„ู…ุฌุงุฒุงุฉ ุนู†ุฏ ูุนู„ ุงู„ุนุจุงุฏุฉ ุจุดุฑูˆุทู‡ุง ุชู…ุณูƒุง ุจุตู€ุงุฏู‚ ูˆุนุฏู‡. ? ูุชุญ ุงู„ุจุงุฑูŠ ูฃูจูฆ/ูกูฃ. ???????? ? WhatsApp Salafy Cirebon โฏ Channel Telegram ? Website Salafy Cirebon ? Menyajikan artikel dan audio kajian ilmiah Post navigation Hasil pencarian tentang aku+sesuai+dengan+prasangka+hambaku Katakanlah, "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaan kalian kondisi kalian sesungguhnya aku akan...bekerja pula sesuai dengan keadaanku maka kelak kalian akan mengetahui Mereka hanya mengikuti prasangka-prasangka yang tidak benar....Padahal prasangka itu sama sekali tidak mengandung kebenaran sedikit pun. Kebanyakan orang musyrik, dalam akidah mereka, tidak mengikuti apa-apa selain prasangka-prasangka batil...Dan prasangka-prasangka itu-secara umum-tidak berguna sama sekali dan tidak dapat menggantikan keyakinan...Lebih-lebih jika prasangka itu lemah, sebagaimana prasangka orang-orang musyrik itu. Dan mereka tidak mendasari perkataan mereka itu ucapan mereka itu tidak didasari dengan sesuatu pengetahuan...Tiada lain mereka hanya mengikuti dalam hal tersebut prasangka yang mereka khayalkan sedangkan sesungguhnya...prasangka itu tiada berfaedah sedikit pun terhadap kebenaran maksudnya, tiada sedikit pun pengetahuan...yang bermanfaat dalam prasangka itu di dalam menelaah hal-hal yang dituntut adanya pengetahuan. Katakanlah "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja pula, maka Allah akan memanggil orang-orang yang bertakwa, sebagai penghargaan atas mereka, "Wahai hamba- hambaku...Dan Allah menjamin kalian dengan pahala." Aku tidak mengharapkan imbalan apa-apa dari kalian....Imbalanku akan kudapatkan secara utuh-sesuai dengan amal perbuatanku-dari Tuhan semesta alam." Berbuatlah menurut kemampuan kalian sesuai dengan keadaan kalian sesungguhnya aku pun berbuat pula...sesuai dengan kedudukanku....Dan tunggulah akibat daripada perbuatan kalian itu sesungguhnya aku pun menunggu bersama kalian." Katakan, "Apabila aku mampu menimpakan azab yang kalian tantang untuk dipercepat, niscaya aku akan menimpakannya...Dengan demikian, akan selesai permasalahan antara aku dan kalian....Dia yang Mahatahu azab-baik yang cepat maupun yang lambat-yang sesuai dengan orang-orang kafir. Dan Aku beri mereka kesempatan hidup yang cukup, tanpa melupakan kejahatan-kejahatan yang mereka lakukan...Rencana-Ku ini akan menyakitkan mereka, sesuai dengan kadar kejahatan yang mereka langgar. Fir'aun berkata, "Aku tidak mengajukan pendapat kepada kalian kecuali sesuai dengan apa yang aku yakini...Dan aku, dengan pendapatku itu, tidak menunjukkan kalian kecuali ke jalan petunjuk." dari Tuhanku dan aku diberi rezeki yang baik sebagai karunia dari-Nya, apakan patut aku menyembunyikan...Aku tidak ingin melakukan apa yang aku larang....Dengan nasihat, perintah dan larangan, aku hanya menginginkan perbaikan sesuai dengan kekuatan, usaha...Dan aku tidak akan mendapatkan kebenaran kecuali dengan pertolongan dan dukungan-Nya....Hanya kepada-Nyalah aku bertawakal. Dan juga hanya kepada-Nyalah aku kembali. Prasangka buruk yang kalian tujukan terhadap Tuhan itu membuat kalian hancur. sisi Allah yang berisi petunjuk dan lebih baik dari keduanya, atau yang semisal dengannya, niscaya aku...akan mengikutinya bersama kalian, jika kalian memang benar dalam prasangka kalian bahwa apa yang kami Berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesuai dengan keadaanmu sesungguhnya aku pun berbuat pula sesuai dengan Allah berada di atas segala prasangka, Mahasuci dari sifat serupa dengan makhluk-Nya, Maharaja yang dibutuhkan...Jangan tergesa-gesa, Muhammad, membaca al-Qur'รขn sebelum malaikat menyampaikannya dengan sempurna kepadamu Muhammad, setelah jelas bagi mereka tanda-tanda kenabianmu, maka katakanlah kepada mereka, "Sesungguhnya aku...Aku akan meneruskan dakwahku....Dari itu, kalian tidak perlu mencela perbuatanku, sebagaimana aku tidak akan mencela perbuatan kalian...Maka lakukanlah apa yang kalian kehendaki, dan Allah akan membalas seluruh perbuatan kita sesuai dengan ditimpa kesusahan yang berat, sebagai wujud kebaikan Kami, ia pasti akan mengatakan, "Kesenangan yang aku...dapatkan ini memang hakku, dan aku tidak yakin bahwa hari kiamat akan datang....Seandainyapun aku dikembalikan kepada Tuhan, aku pasti mendapatkan kesudahan yang sangat baik."...Pada hari kiamat, Kami benar-benar akan mengganjar orang-orang kafir sesuai dengan amal perbuatannya, Musa menjawab, "Patutkah aku mencari Tuhan untuk kamu yang selain daripada Allah?"...abghiikum itu ialah abghii lakum padahal Dialah yang telah melebihkan kamu atas segala umat di zaman kamu sesuai...dengan apa yang dituturkan dalam firman-Nya berikut ini. Hendaknya mereka menghindari prasangka seperti itu. Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran yang sesuai dengan hikmah. Kalau bukan karena waktu yang telah Kami tentukan sesuai dengan kebijaksanaan Kami, tentu Kami pun menyegerakan...Aku bersumpah, akan datang suatu bencana secara tiba-tiba tanpa mereka sadari. Dan katakanlah kepada orang-orang yang tidak beriman, "Berbuatlah menurut kemampuan kalian sesuai dengan...keadaan dan kondisi kalian sesungguhnya Kami pun berbuat pula." sesuai dengan keadaan Kami; ungkapan Yang menciptakan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan hikmah-Nya, memulai penciptaan manusia pengertian terhadap syariat serta kenabian lalu katanya kepada manusia, "Hendaklah kamu menjadi hamba-hambaku...berkata "Hendaklah kamu menjadi rabbani artinya ulama-ulama yang beramal saleh, dinisbatkan kepada rab dengan Supaya kami selalu menyucikan-Mu dari apa yang tidak sesuai dengan diri-Mu, Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah prasangka buruk terhadap orang-orang yang berbuat baik....Sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa yang harus dihukum....Peliharalah diri kalian dari azab Allah dengan menaati semua perintah dan menjauhi segala larangan. Sesungguhnya Azab Rabbmu terhadap orang-orang kafir benar-benar keras sesuai dengan kehendak-Nya. Wahai Nabi, ancamlah kepada mereka dengan mengatakan, "Berbuatlah sesuai cara yang kalian kehendaki dengan...segala kekuasaan yang kalian miliki, dan aku akan berbuat dengan memihak kebenaran. yang mereka sukai di dalam ungkapan ayat ini terkandung pengertian bahwa makanan dan minuman di surga sesuai...dengan selera penghuninya masing-masing....Berbeda dengan keadaan di dunia, makanan dan minuman sesuai dengan kemampuan masing-masing. ูŠูŽุธูู†ู‘ููˆู†ูŽ ุจูุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุบูŽูŠู’ุฑูŽ ุงู„ู’ุญูŽู‚ู‘ู ุธูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู’ุฌูŽุงู‡ูู„ููŠู‘ูŽุฉู ูŠูŽู‚ููˆู„ููˆู†ูŽ ู‡ูŽู„ู’ ู„ูŽู†ูŽุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ุฃูŽู…ู’ุฑู ู…ูู†ู’ ุดูŽูŠู’ุกู ู‚ูู„ู’ ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ุฃูŽู…ู’ุฑูŽ ูƒูู„ู‘ูŽู‡ู ู„ูู„ู‘ูŽู‡ู Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA. Matan Firman Allah ๏ทป ูŠูŽุธูู†ู‘ููˆู†ูŽ ุจูุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุบูŽูŠู’ุฑูŽ ุงู„ู’ุญูŽู‚ู‘ู ุธูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู’ุฌูŽุงู‡ูู„ููŠู‘ูŽุฉู ูŠูŽู‚ููˆู„ููˆู†ูŽ ู‡ูŽู„ู’ ู„ูŽู†ูŽุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ุฃูŽู…ู’ุฑู ู…ูู†ู’ ุดูŽูŠู’ุกู ู‚ูู„ู’ ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ุฃูŽู…ู’ุฑูŽ ูƒูู„ู‘ูŽู‡ู ู„ูู„ู‘ูŽู‡ู โ€œMereka berprasangka yang tidak benar terhadap Allah ๏ทป, seperti sangkaan jahiliyah, mereka berkata โ€œapakah ada bagi kita sesuatu hak campur tangan dalam urusan ini, katakanlah โ€œsungguh urusan itu seluruhnya di Tangan Allah.โ€ QS. Ali Imran 154. ูˆูŽูŠูุนูŽุฐู‘ูุจูŽ ุงู„ู’ู…ูู†ูŽุงููู‚ููŠู†ูŽ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูู†ูŽุงููู‚ูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุดู’ุฑููƒููŠู†ูŽ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุดู’ุฑููƒูŽุงุชู ุงู„ุธู‘ูŽุงู†ู‘ููŠู†ูŽ ุจูุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุธูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ุณู‘ูŽูˆู’ุกู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ุฏูŽุงุฆูุฑูŽุฉู ุงู„ุณู‘ูŽูˆู’ุกู ูˆูŽุบูŽุถูุจูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽู„ูŽุนูŽู†ูŽู‡ูู…ู’ ูˆูŽุฃูŽุนูŽุฏู‘ูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ุฌูŽู‡ูŽู†ู‘ูŽู…ูŽ ูˆูŽุณูŽุงุกูŽุชู’ ู…ูŽุตููŠุฑู‹ุง โ€œDan supaya dia mengadzab orang-orang munafik laki-laki dan orang-orang munafik perempuan, dan orang-orang Musyrik laki laki dan orang-orang musyrik perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah, mereka akan mendapat giliran keburukan yang amat buruk, dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahannam. Dan neraka Jahannam itulah seburuk-buruk tempat kembali.โ€ QS. Al Fath 6. Ibnul Qayyim dalam menafsirkan ayat yang pertama mengatakan โ€œPrasangka di sini maksudnya adalah bahwa Allah ๏ทป tidak akan memberikan pertolonganNya kemenangan kepada Rasul-Nya, dan bahwa agama yang beliau bawa akan lenyap.โ€ Dan ditafsirkan pula โ€œBahwa apa yang menimpa beliau bukanlah dengan takdir ketentuan dan hikmah kebijaksanaan Allah.โ€ Jadi prasangka di sini ditafsirkan dengan tiga penafsiran Pertama mengingkari adanya hikmah Allah. Kedua mengingkari takdir-Nya. Ketiga mengingkari bahwa agama yang dibawa Rasulullah akan disempurnakan dan dimenangkan Allah atas semua agama. Inilah prasangka buruk yang dilakukan oleh orang-orang munafik dan orang-orang musyrik yang terdapat dalam surat Al-Fath. Perbuatan ini disebut dengan prasangka buruk, karena prasangka yang demikian tidak layak untuk Allah ๏ทป, tidak patut terhadap keagungan dan kebesaran Allah ๏ทป, tidak sesuai dengan kebijaksanaanNya, PujiNya, dan janjiNya yang pasti benar. Oleh karena itu, barangsiapa yang berprasangka bahwa Allah ๏ทป akan memenangkan kebatilan atas kebenaran, disertai dengan lenyapnya kebenaran; atau berprasangka bahwa apa yang terjadi ini bukan karena Qadha dan takdir Allah; atau mengingkari adanya suatu hikmah yang besar sekali dalam takdir-Nya, yang dengan hikmah-Nya Allah berhak untuk dipuji; bahkan mengira bahwa yang terjadi hanya sekedar kehendak-Nya saja tanpa ada hikmah-Nya, maka inilah prasangka orang orang kafir, yang mana bagi mereka inilah Neraka โ€œWailโ€. Dan kebanyakan manusia melakukan prasangka buruk kepada Allah ๏ทป, baik dalam hal yang berkenaan dengan diri mereka sendiri, ataupun dalam hal yang berkenaan dengan orang lain, bahkan tidak ada orang yang selamat dari prasangka buruk ini, kecuali orang yang benar-benar mengenal Allah, Asma dan sifat-Nya, dan mengenal kepastian adanya hikmah dan keharusan adanya puji bagi-Nya sebagai konsekwensinya. Maka orang yang berakal dan yang cinta kepada dirinya sendiri, hendaklah memperhatikan masalah ini, dan bertaubatlah kepada Allah, serta memohon maghfirah-Nya atas prasangka buruk yang dilakukannya terhadap Allah ๏ทป. Apabila anda selidiki, siapapun orangnya pasti akan anda dapati pada dirinya sikap menyangkal dan mencemoohkan takdir Allah, dengan mengatakan hal tersebut semestinya begini dan begitu, ada yang sedikit sangkalannya dan ada juga yang banyak. Dan silahkan periksalah diri anda sendiri, apakah anda bebas dari sikap tersebut? ููŽุฅูŽู†ู’ ุชูŽู†ู’ุฌู ู…ูู†ู’ู‡ูŽุง ุชูŽู†ู’ุฌู ู…ูู†ู’ ุฐููŠู’ ุนูŽุธููŠู’ู…ูŽุฉู ูˆูŽุฅู’ู„ุงู‘ูŽ ููŽุฅูู†ู‘ููŠู’ ู„ุงูŽ ุฅูุฎูŽุงู„ูŽูƒูŽ ู†ูŽุงุฌููŠู‹ุง โ€œJika anda selamat selamat dari sikap tersebut, maka anda selamat dari malapetaka yang besar, jika tidak, sungguh aku kira anda tidak akan selamat.โ€ Syarah Pada dua ayat di atas yaitu surat Al-Imron ayat 154 dan surat Al-fath ayat 6 Allah ๏ทป menyebutkan tiga penamaan prasangka buruk terhadap Allah ๏ทป. Pertama prasangka yang tidak benar, Kedua prasangka jahiliyah, Ketiga prasangka buruk. Ketiga penamaan ini memiliki makna yang sama yaitu berprasangka kepada Allah dengan persangkaan yang tidak pantas dengan Maha sempurnanya Allah ๏ทป. Hal ini dilarang oleh syariโ€™at, kita tidak boleh berperasangka buruk kepada Allah ๏ทป dalam segala hal. Dan merupakan bagian dari ibadah adalah berprasangka baik kepada Allah ๏ทป. Pada ayat pertama Allah ๏ทป mengatakan bahwa orang munafik berprasangka kepada Allah ๏ทป dengan prasangka yang tidak benar. Mereka mengatakan โ€œapakah kami tidak memiliki pengaturan sedikitpunโ€, maksudnya jika mereka kaum munafiq yang mengatur peperangan, maka kaum muslimin tidak akan kalah dalam peperangan perang uhud. Maka Allah ๏ทป menjawab mereka dengan mengatakan bahwa semua keputusan ada di tangan Allah ๏ทป. Ibnul Qayyim rahimahullah ketika menjelaskan tentang berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป beliau menjelaskan dengan penjelasan yang sangat panjang yang di nukil oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam kitab tauhid secara singkat. Ibnul Qayyim menjelaskan penjelasan tersebut dalam kitabnya Zaadul maโ€™aad ketika menyebutkan tentang faedah-faedah dari perang uhud.[1] Beliau menyebutkan contoh-contoh dari berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป yang tidak pantas bagi kita untuk melakukan hal-hal tersebut. Kunci agar seseorang tidak berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป adalah ia harus meyakini akan Maha sempurnanya Allah ๏ทป yaitu Allah ๏ทป Maha melihat, Maha mengetahui, Maha mendengar, dan yang lainnya. Dan di antara kesempurnaan Allah ๏ทป yang sangat penting untuk diyakini adalah Allah ๏ทป Maha hikmah atau bijak. Di dalam Al-Qurโ€™an Allah ๏ทป banyak menyebutkan ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ุนูŽุฒููŠู’ุฒู ุงู„ุญูŽูƒููŠู’ู…ู โ€œDan Dia Yang Maha perkasa dan Maha bijaksanaโ€[2] Di antara nama-nama Allah ๏ทป adalah ุงู„ุญูŽูƒููŠู’ู…ู yaitu yang Maha bijak. Tidak mungkin Allah ๏ทป menakdirkan sesuatu dalam alam semesta tanpa perhitungan dan tanpa mengetahui tujuan, karena Allah adalah Maha Bijak [3] . Seseorang jika telah meyakini hal ini, maka tidak mungkin ia akan berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป, sebab ia tahu bahwa Allah ๏ทป akan meletakkan sesuatu pada tempatnya. Allah Maha adil dan Maha bijak, jika Allah ๏ทป melakukan sesuatu pasti Allah lakukan yang terbaik dan terbenar sebab Allah ๏ทป yang mengetahui segalanya. Terkadang jika terjadi suatu peristiwa kita tidak mengetahui apa hikmah dari peristiwa tersebut. Akan tetapi tetap kita harus meyakini bahwa pasti ada hikmah dibalik peristiwa tersebut, sebab Allah ๏ทป adalah Maha bijak, Allah ๏ทป memiliki hikmah-hikmah yang tinggi dan sempurna. Oleh karenanya jika kita tidak mengetahui hikmah dari suatu peristiwa, maka kita tidak boleh berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป, karena banyak hal yang kita tidak mengerti, sebab ilmu kita tidak sampai kepada ilmu Allah ๏ทป. Contoh logika yang dapat memberikan pendekatan pemahaman terhadap perbedaan ilmu Allah ๏ทป dan ilmu Makhluk. Seorang ayah yang ingin menyunati anaknya yang masih berusia empat tahun, ia akan kesulitan memberikan penjelasan kepada anaknya agar mau di sunat. Jika si ayah menjelaskan kepada anaknya tujuan dan hikmah dari sunat secara ilmiah bahwa sunat itu untuk kesehatan, kemudian sunat itu adalah syariโ€™at islam dan yang lainnya, maka yang terjadi adalah si anak tidak akan mengerti penjelasan tersebut, sebab otak anak belum bisa atau belum sampai untuk bisa memahami hal tersebut. Maka cukup bagi si ayah menjelaskan dengan penjelasan yang sesuai dengan pemahaman anak, misalkan mengatakan kepada si anak, โ€œjika kamu sunat, maka ayah akan memberikan kamu hadiahโ€. Maka anak akan paham, dan akan menerima untuk di sunat. Contoh lainnya. Seseorang jika berobat kepada seorang dokter, maka di akhir pemeriksaan ia akan diberikan resep obat oleh dokter yang terkadang tanpa memberikan penjelasan secara detail dari fungsi obat-obat tersebut. Akan tetapi orang tersebut akan tetap menuruti dengan menebus obat-obat tersebut kemudian mengkonsumsinya tanpa memahami dengan jelas fungsi dari obat-obat tersebut. Mengapa demikian? Karena orang ini telah meyakini bahwasanya dokter adalah orang yang pakar dalam bidangnya sehingga ia tidak perlu lagi untuk bertanya tentang fungsi-fungsi dari obat tersebut, bila dijelaskan pun bisa jadi orang ini tidak memahami penjelasan tersebut, sebab otak orang ini tidak bisa atau tidak sampai untuk memahami hal tersebut. Oleh karenanya jika Allah ๏ทป menakdirkan banyak hal, maka kita tidak boleh berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Bentuk-bentuk berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป Disini penulis ingin menyebutkan beberapa contoh dari sikap berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam kitabnya Zaadul Maโ€™ad. Sebenarnya butuh penjelasan yang lebar untuk menjelaskan contoh-contoh ini, sebab Ibnul Qayyim ketika menjelaskan berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป, ia membantah seluruh firqah-firqah sesat dari ahlul bidโ€™ah. Akan tetapi disini penulis hanya menyebutkan contoh-contoh tersebut secara ringkas. Berikut adalah beberapa contoh dari sikap berprasangka buruk kepada Allah yang disebutkan Ibnul Qayyim dalam kitabnya Zaadul Maโ€™ad.[4] Menyangka bahwasanya Rasulullah dan kaum muslimin akan kalah. Islam akan sirna Kesyirikan akan unggul selama-lamanya Terkadang Allah ๏ทป menakdirkan kaum muslimin dalam kekalahan dan penderitaan. Akan tetapi semua takdir ini ada hikmahnya. Pada saatnya nanti kaum muslimin akan jaya, tauhid akan tersebar, maka tidak boleh kita berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Menyangka Allah ๏ทป berbuat tanpa tujuan. Ini merupakan aqidah Asyaโ€™iroh[5] yang mana mereka menafikan Taโ€™lil Afโ€™alillah yaitu Allah ๏ทป berbuat tanpa tujuan.[6] Keyakinan seperti ini tidaklah benar. Bagaimana mungkin dikatakan Allah ๏ทป berbuat tanpa tujuan, sedang Allah ๏ทป Maha berilmu, Allah ๏ทป menakdirkan, dan Allah ๏ทป melakukan semuanya pasti dengan tujuan. Menyangka Allah ๏ทป tidak akan membangkitkan manusia untuk meminta pertanggung jawaban. Hal ini termasuk perbuatan berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Jika saja seorang bos di sebuah perusahaan di anggap buruk dan tidak beres karena tidak menyelesaikan masalah dibawahannya, tidak menghakimi di antara karyawannya yang bertikai dengan membiarkan begitu saja, tidak menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah, maka bagaimana dengan Allah ๏ทป yang Maha bijak. Apakah pantas Allah ๏ทป melakukan hal seperti itu? Allah ๏ทป tidak mungkin menciptakan seluruh manusia kemudian membiarkannya begitu saja tanpa meminta pertanggungjawaban. Pembiaran Allah ๏ทป kepada orang-orang zhalim atas perlakuan mereka di dunia tanpa meminta pertanggungjawaban mereka kelak di akhirat merupakan perbuatan prasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Hal ini seperti prasangka buruknya orang-orang musyrikin kepada Allah ๏ทป karena menyangka Allah ๏ทป tidak akan membangkitkan manusia kelak di akhirat. Tatkala seseorang diberikan kesusahan, maka ia berkata โ€œMengapa Allah ๏ทป membuat saya miskin seperti ini? seharusnya Allah tidak melakukan iniโ€. Hal ini adalah perbuatan yang terlarang, sebab termasuk bagian dari perbuatan prasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Bukan berarti jika Allah ๏ทป memberikan harta kepada seseorang berarti Allah ๏ทป memuliakan orang tersebut[7]. Jika harta adalah ukuran kemuliaan seseorang, berarti Firโ€™aun dan Namrud adalah orang-orang yang mulia. Para pelaku maksiat yang begitu kaya raya pun juga termasuk orang-orang yang mulia. Oleh karena itu harta bukanlah ukuran kemuliaan seseorang, bahkan bisa jadi seseorang dihinakan oleh Allah ๏ทป melalui jalan harta [8]. Hal yang semisal juga seperti perkataan seseorang, โ€œKenapa Allah ๏ทป membuat wabah ini? Seharusnya Allah ๏ทป tidak berbuat iniโ€. Kemudian juga perkataan seseorang, โ€œKenapa Allah ๏ทป menciptakan Iblis? Seharusnya Allah ๏ทป tidak menciptakan merekaโ€. Perkataan-perkataan semisal ini menggambarkan seakan-akan Allah ๏ทป tidak memahami sisi yang baik. Kemudian orang yang mengatakan perkataan-perkataan tersebut memahami sisi yang baik. Inilah bentuk prasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Menyangka bahwasanya Allah ๏ทป tidak membalas kebaikan seseorang baik dunia maupun di akhirat. Menyangka hal seperti ini merupakan perbuatan prasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Bukankah Allah ๏ทป berfirman ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ู„ูŽุง ูŠูุถููŠุนู ุฃูŽุฌู’ุฑูŽ ุงู„ู’ู…ูุญู’ุณูู†ููŠู†ูŽ โ€œSungguh Allah ๏ทป tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baikโ€.[9] Allah ๏ทป juga menyebutkan banyak contoh dari kisah-kisah para nabi, yang mana Allah ๏ทป menolong dan membantu mereka di dunia sebelum akhirat karena kebaikan-kebaikan yang mereka lakukan di dunia. Maka jika kita melakukan suatu kebaikan, selain berharap pahala di sisi Allah ๏ทป kita juga harus meyakini bahwa Allah ๏ทป juga akan menolong dan membantu kita di dunia. Terkadang Allah ๏ทป memberi kebaikan dan pertolongan kepada kita di dunia ini dengan cara yang lembut tanpa kita sadari. Jika saja setiap kebaikan dibalas oleh Allah ๏ทป secara jelas atau terang-terangan, maka semua orang akan beriman dan berbuat baik. Tapi inilah ketentuan Allah ๏ทป, Allah ๏ทป menjadikan hal tersebut perkara ghoib yang berkaitan dengan iman. Akan tetapi walaupun ghoib, kita tetap bisa merasakan balasan dari Allah ๏ทป dari setiap kebaikan yang kita lakukan, baik cepat atau lambat, bahkan Allah ๏ทป terkadang balas satu kebaikan dengan berlipat-lipat. Persangkaan seseorang jika Ia meninggalkan sesuatu yang buruk karena Allah ๏ทป, maka Allah ๏ทป tidak akan menggantinya. Nabi ๏ทบ pernah bersabda ุฅูู†ู‘ูŽูƒูŽ ู„ูŽู†ู’ ุชูŽุฏูŽุนูŽ ุดูŽูŠู’ุฆู‹ุง ู„ูู„ู‘ูŽู‡ู ุฅูู„ู‘ูŽุง ุจูŽุฏู‘ูŽู„ูŽูƒูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุจูู‡ู ู…ูŽุง ู‡ููˆูŽ ุฎูŽูŠู’ุฑูŒ ู„ูŽูƒูŽ ู…ูู†ู’ู‡ู โ€œSesungguhnya engkau tidak meninggalkan sesuatu karena Allah, melainkan Allah akan menggantikan bagimu dengan yang lebih baik darinyaโ€.[10] Hal ini menunjukkan bahwasanya seseorang yang meninggalkan sesuatu karena Allah ๏ทป ia harus berprasangka baik kepada Allah ๏ทป, meyakini bahwasanya Allah ๏ทป akan ganti sesuatu yang lebih baik dari apa yang ditinggalkannya. Sebab jika ia tidak meyakini hal tersebut, maka ia telah melakukan prasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Allah ๏ทป pernah berkata dalam hadits qudsi ุฃูŽู†ูŽุง ุนูู†ู’ุฏูŽ ุธูŽู†ู‘ู ุนูŽุจู’ุฏููŠ ุจููŠ โ€œAku sesuai dengan prasangka hambaku kepadaku, hendaknya hambaku berprasangka kepadaku yang ia sukai. Jika ia berprasangka baik kepadaku maka kebaikan baginya, jika ia berprasangka buruk kepadaku maka keburukan baginya.โ€[11] Menyangka bahwa Allah ๏ทป akan menolak amalan baik seseorang tanpa sebab. Ini adalah keyakinan yang salah. Benar amalan kita belum tentu diterima oleh Allah ๏ทป, akan tetapi kita harus berprasangka baik kepada Allah ๏ทป bahwasanya Allah ๏ทป akan menerima amalan baik tersebut. Allah ๏ทป berfirman ู„ูŽุง ูŠููƒูŽู„ู‘ููู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ู†ูŽูู’ุณู‹ุง ุฅูู„ู‘ูŽุง ูˆูุณู’ุนูŽู‡ูŽุง โ€œAllah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannyaโ€.[12] Tidak mungkin jika seseorang telah berusaha untuk melakukan amal shaleh semampunya kemudian Allah ๏ทป tolak amalan tersebut tanpa sebab. Allah ๏ทป tidak menerima taubat orang yang bersungguh-sungguh. Keyakinan seperti ini akan membuat seseorang akan berputus asa dari rahmat Allah ๏ทป, padahal Allah ๏ทป berfirman ู„ูŽุง ุชูŽู‚ู’ู†ูŽุทููˆุง ู…ูู†ู’ ุฑูŽุญู’ู…ูŽุฉู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู โ€œJanganlah engkau berputus asa dari rahmat Allahโ€[13] Allah ๏ทป melarang untuk berputus asa dari rahmatNya, kemudian kita malah meyakini bahwa Allah ๏ทป tidak menerima taubat kita, maka ini adalah bentuk prasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Kita harus berprasangka baik kepada Allah ๏ทป bahwa Allah akan menerima taubat kita. Menyatakan bahwa ayat-ayat sifat di dalam Al-Qurโ€™an dan juga di dalam hadits-hadist zahirnya adalah kufur, syirik, tasybih. Sebagaimana yang diungkapkan para penolak sifat bahwasanya ayat-ayat sifat yang terdapat pada Al-Qurโ€™an dan pada hadits-hadist Nabi ๏ทบ haruslah ditakwil. Ungkapan seperti ini termasuk perbuatan prasangka buruk kepada Allah ๏ทป, sebab melazimkan bahwasanya Allah ๏ทป ingin menyesatkan hamba-hambanya dengan mendatangkan kata-kata yang zahirnya adalah kufur. Bahkan sebagian dari mereka mengungkapkan pada buku-buku mereka bahwasanya ayat-ayat ini adalah syirik, kufur, tasybih dan yang lainnya. Sungguh mereka tidak beradab sama sekali kepada Allah ๏ทป. Apakah mungkin Allah ๏ทป tidak bisa mengungkapkan dengan pengungkapan yang baik sehingga manusia dapat memahaminya dengan mudah? Apakah Allah ๏ทป tidak mampu mengungkapkan dengan yang terbaik? Mengapa Allah ๏ทป tidak menyampaikan bahwasanya firman-firmannya haruslah ditakwil? Apakah kita harus menyangka bahwasanya Allah ๏ทป sedang membuat teka-teki sehingga kita perlu mencari kebenaran dengan mentakwil? Pertanyaan-pertanyaan seperti di atas menunjukkan bahwasanya perbuatan para penolak sifat merupakan bentuk berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Berkeyakinan bahwa Allah ๏ทป membutuhkan anak atau pasangan dan yang lainnya. Berkeyakinan bahwa Allah ๏ทป tidak mengetahui hal-hal yang detail. Keyakinan seperti ini diyakini oleh orang-orang falasifah. Mereka mengatakan bahwasanya Allah ๏ทป hanya mengetahui secara global tidak mengetahui secara detail. Keyakinan seperti ini terkadang menimpa kita yang mana seakan-akan kita meyakini bahwasanya Allah ๏ทป tidak mengetahui apa-apa yang dilakukan oleh orang-orang kafir, sebab Allah ๏ทป membiarkan mereka melakukan kerusakan kemudian tidak mengazab mereka. Sikap seperti ini merupakan bentuk prasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Seakan-akan Allah tidak tahu dan kita tahu. Kemudian kita ingin mengajari Allah ๏ทป bahwasanya seharusnya seperti ini dan seperti itu. Maha suci Allah ๏ทป, Allah ๏ทป sungguh mengetahui segalanya, jangankan perbuatan manusia, bahkan daun-daun yang berjatuhan dari rantingnya pun Allah ๏ทป tahu. Allah ๏ทป berfirman ูˆูŽูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ู ู…ูŽุง ูููŠ ุงู„ู’ุจูŽุฑู‘ู ูˆูŽุงู„ู’ุจูŽุญู’ุฑู ูˆูŽู…ูŽุง ุชูŽุณู’ู‚ูุทู ู…ูู†ู’ ูˆูŽุฑูŽู‚ูŽุฉู ุฅูู„ู‘ูŽุง ูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ูู‡ูŽุง โ€œDia Allah mengetahui apa yang di darat dan di laut. tidak ada sehelai daunpun yang gugur uang tidak diketahuiNya.โ€[14] Ayat ini menunjukkan bahwa Allah ๏ทป mengetahui seluruh apa yang terjadi di bumi ini. Perbuatan siapapun, baik muslim, kafir ataupun munafik Allah ๏ทป tahu. Oleh karenanya jika kita menyangka bahwa Allah ๏ทป tidak tahu apa-apa yang dilakukan oleh orang-orang kafir, sehingga kemudian Allah ๏ทป tidak bersikap untuk memberi azab kepada mereka di dunia, maka ini adalah bentuk berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Sebuah kisah tentang biografi seseorang yang termaktub dalam kitab Taarikh Baghdad, yaitu Ubaidillah bin Al-Hasan bin Husoin Al-Ambari salah seorang hakim dari bashroh. Ubaidillah memiliki seorang budak yang cantik. Di suatu malam ia tidur bersama budaknya tersebut. Di tengah malam, ubaidillah tidak mendapati budaknya tersebut, maka terlintas dibenaknya bahwa ini adalah keburukan, Ubaidillah berprasangka buruk bahwasanya budak tersebut pergi kabur meninggalkan dirinya. Ubaidillah pun beranjak dari tidurnya kemudian mencari budak tersebut dirumahnya. Setibanya disana, maka Ubaidillah mendapati budaknya berada di pojok rumahnya sedang melakukan sholat malam. Kemudian budak tersebut berdoa kepada Allah ๏ทป dengan berkata ุงู„ู„ู‘ู‡ู… ุจูุญูุจู‘ููƒูŽ ู„ููŠู’ ุงุบู’ููุฑู’ู„ููŠู’ โ€œYa Allah, karena cintamu kepadaku, maka ampunilah akuโ€. Maka setelah sholat, Ubaidillah menanyakan perihal doa yang dipanjatkan oleh budaknya dengan berkata, โ€œwahai budakku janganlah engkau berkata demikian, akan tetapi katanlah Ya Rabb, karena cintaku kepadamu maka ampunilah akuโ€™.โ€ Maka budak tersebut menjawab, โ€œYa Hakim, Allah ๏ทป benar-benar mencintaiku, buktinya adalah Allah ๏ทป mengeluarkanku dari kesyirikan menuju islam, dan Allah ๏ทป cinta kepadaku, buktinya adalah Allah ๏ทป membangunkanku untuk melakukan sholat malamโ€. Mendengar jawaban dari budaknya, maka Ubaidillah membebaskan budaknya tersebut dengan mengatakan ุฃูŽู†ู’ุชู ุญูุฑู‘ูŒ ู„ููˆูŽุฌู’ู‡ู ุงู„ู„ู‡ โ€œEngkau aku bebaskan karena Allah ๏ทปโ€. Ketika dibebaskan maka budak tersebut pun berkata kepada Ubaidillah, โ€œWahai tuanku, engkau telah menghilangkan dariku dua pahala menjadi satu pahalaโ€. Maksudnya adalah ia mendapatkan dua pahala dari Allah ๏ทป, pahala sebagai budak yang taโ€™at kepada Allah ๏ทป dan pahala sebagai budak yang taat kepada tuannya.[15] Doa yang dipanjatkan budak wanita di atas memang diperselisihkan oleh para ulama. Akan tetapi disini penulis hanya ingin menunjukkan bagaimana budak tersebut berprasangka baik kepada Allah ๏ทป. Intinya yang ingin penulis sampaikan adalah bahwasanya budak wanita ini adalah wanita yang shalihah. Kita tidak bisa memastikan bahwasanya Allah ๏ทป cinta kepada kita. Akan tetapi tanda-tanda yang menunjukkan hal tersebut banyak, misalnya seseorang diberi taufik untuk bisa berbakti kepada orang tua di saat banyak orang yang durhaka terhadap orang tuanya, maka ini merupakan tanda bahwa Allah ๏ทป cinta kepadanya. Kemudian juga seseorang diberi pemahaman ilmu agama oleh Allah ๏ทป di saat banyak orang-orang terlalai dari ilmu, maka ini merupakan tanda bahwasanya Allah ๏ทป mencintainya. Kemudian juga orang yang diberi taufik untuk bisa menyisihkan hartanya untuk disedekahkan di saat banyak orang yang pelit untuk bersedekah, maka ini juga merupakan tanda bahwasanya Allah ๏ทป cinta kepadanya. Orang-orang seperti ini boleh bagi mereka untuk berprasangka baik kepada Allah ๏ทป bahwasanya Allah ๏ทป mencintainya. Adapun untuk memastikan, maka ini perkara lain, banyak para ulama yang tidak membolehkannya. Matan Kandungan bab ini Penjelasan tentang ayat dalam surat Ali Imran. Penjelasan tentang ayat dalam surat Al Fath. Disebutkan bahwa prasangka buruk itu banyak sekali macamnya. Penjelasan bahwa tidak ada yang bisa selamat dari prasangka buruk ini kecuali orang yang mengenal Asmaโ€™ dan sifat Allah, serta mengenal dirinya sendiri. Artikel ini penggalan dari Buku Syarah Kitab At-Tauhid Karya Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc. MA. _______________________ [1] Lihat Zaadul Maad 3/213 [2] QS. Ibrahim 4 [3] Tafsir As-Samโ€™ani, 1/65-66, Tafsir Ibnu Katsir, 1/225 [4] Lihat Zaadul Maad 3/213 [5] Ar-Rozi berkata ููŽุซูŽุจูŽุชูŽ ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุชูŽุนู’ู„ููŠู’ู„ูŽ ุฃูŽุญู’ูƒูŽุงู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ุจูุงู„ู’ู…ูŽุตูŽุงู„ูุญู ุจูŽุงุทูู„ู โ€œMaka tetaplah dengan semua ini, bahwa taโ€™lil perbuatan Allah Azza wa Jalla dengan mashlahat adalah keyakinan yang bathil rusakโ€ Al-Mahshul, Fakhruddin Ar-Rozi, 5/182 As-Syihristani berkata ู…ูŽุฐู’ู‡ูŽุจู ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ุญูŽู‚ู‘ู ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ุฎูŽู„ูŽู‚ูŽ ุงู„ุนูŽุงู„ูŽู…ูŽ ุจูู…ูŽุง ูููŠู’ู‡ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุฌูŽูˆูŽุงู‡ูุฑู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุนู’ุฑูŽุงุถู ูˆูŽุฃูŽุตู’ู†ูŽุงูู ุงู„ุฎูŽู„ู’ู‚ู ูˆูŽุงู„ุฃูŽู†ู’ูˆูŽุงุนูุŒ ู„ูŽุง ู„ูุนูู„ู‘ูŽุฉู ุญูŽุงู…ูู„ูŽุฉู ู„ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ููุนู’ู„ู ุณูŽูˆูŽุงุกูŒ ู‚ูุฏู‘ูุฑูŽุชู’ ุชูู„ู’ูƒูŽ ุงู„ุนูู„ู‘ูŽุฉูุŒ ู†ูŽุงููุนูŽุฉู‹ ู„ูŽู‡ู ุฃูŽูˆู’ ุบูŽูŠู’ุฑูŽ ู†ูŽุงููุนูŽุฉูุŒ ุฅูุฐู’ ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ูŠูŽู‚ู’ุจูŽู„ู ุงู„ู†ู‘ูŽูู’ุนูŽ ูˆูŽุงู„ุถู‘ูŽุฑู‘ูŽุŒ ุฃูŽูˆู’ ู‚ูุฏู‘ูุฑูŽุชู’ ุชูู„ู’ูƒูŽ ุงู„ุนูู„ู‘ูŽุฉู ู†ูŽุงููุนูŽุฉู‹ ู„ูู„ู’ุฎูŽู„ู’ู‚ูุŒ ุฅูุฐู’ ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ูŠูŽุจู’ุนูŽุซูู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ููุนู’ู„ู ุจูŽุงุนูุซูŒ ููŽู„ูŽุง ุบูŽุฑูŽุถูŽ ู„ูŽู‡ู ูููŠู’ ุฃูŽูู’ุนูŽุงู„ูู‡ู ูˆูŽู„ูŽุง ุญูŽุงู…ูู„ูŽ ุจูŽู„ู’ ุนูู„ู‘ูŽุฉู ูƒูู„ู‘ู ุดูŽูŠู’ุกู ุตูู†ู’ุนูู‡ู ูˆู„ูŽุง ุนูู„ู‘ุฉูŽ ู„ูุตูŽู†ู’ุนูู‡ู โ€œMadzhab Ahlu Al-Haq adalah Allah Azza wa Jalla menciptakan alam dengan semua yang ada di dalamnya, baik dari jauhar jism/sesuatu yang dapat dilihat dan disentuh -seperti manusia, pohon, dll. Yaitu semua yang menjadi tempat bagi ardh dan aโ€™rodh shifat -seperti sakit, mendengar, dll, dan macam-macam ciptaan, tanpa ada illah sebab/tujuan/faktor yang mendorong Allah Azza wa Jalla untuk melakukan hal itu. Sama saja, meskipun dikatakan bahwa illah pendorong tersebut itu bermanfaat bagiNya ataupun tidak. Karena Allah Azza wa Jalla adalah Dzat yang tidak menerima manfaat dan madhorot. Ataupun dianggap bahwa illah itu bermanfaat bagi makhluq, karena tidak ada satupun hal yang mendorong Allah Azza wa Jalla untuk melakukan sesuatu. Maka tidak ada tujuan bagiNya pada perbuatan-perbuatanNya, dan tidak ada pendorong bagiNya untuk melakukan sesuatu. Akan tetapi, illah sebab segala sesuatu adalah penciptaanNya, dan tidak ada illah/sebab bagi penciptaanNyaโ€ Nihayah Al-Iqdam, As-Syihristani, 390 Lalu, bagaimana mereka memaknai shifat Hakim bagi Allah Azza wa Jalla? Saifuddin Al-Amidi berkata ุฅู‘ู†ูŽู†ูŽุง ู„ูŽุง ู†ูู†ู’ูƒูุฑู ูƒูŽูˆู’ู†ูŽ ุงู„ุจูŽุงุฑูู‰ ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ุญูŽูƒููŠู’ู…ู‹ุง ูˆูŽุฐูŽู„ููƒูŽ ุจูุชูŽุญูŽู‚ู‘ูู‚ู ู…ูŽุง ูŠูุชู’ู‚ูู†ูู‡ู ู…ูู†ู’ ุตูู†ู’ุนูŽุชูู‡ู ูˆูŽูŠูŽุฎู’ู„ูู‚ูู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ูˆููู’ู‚ู ุนูู„ู’ู…ูู‡ู ุจูู‡ู ูˆูŽุจูุฅูุฑูŽุงุฏูŽุชูู‡ู ู„ูŽุง ุจูุฃูŽู†ู’ ูŠูŽูƒููˆู’ู†ูŽ ู„ูŽู‡ู ูููŠู’ู…ูŽุง ูŠูŽูู’ุนูŽู„ูู‡ู ุบูŽุฑูŽุถูŒ ูˆูŽู…ูŽู‚ู’ุตููˆู’ุฏูŒ ูˆูŽุงู„ู’ุนูŽุจูŽุซู ุฅูู†ู‘ูŽู…ูŽุง ูŠูŽูƒููˆู’ู†ู ู„ูŽุงุฒูู…ู‹ุง ู„ูŽู‡ู ุจูุงู†ู’ุชูููŽุงุกู ุงู„ุบูŽุฑูŽุถู ุนูŽู†ู’ู‡ู ุฃูŽู†ู’ ู„ูŽูˆู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ู‚ูŽุงุจูู„ู‹ุง ู„ูู„ู’ููŽูˆูŽุงุฆูุฏู ูˆูŽุงู„ุงูŽุบู’ุฑูŽุงุถู. โ€œSesungguhnya kami tidak mengingkari bahwa Allah Azza wa Jalla itu adalah Dzat yang Hakim. Dan yang demikian sifat hakim adalah dengan benar-benar terjadinya ciptaanNya yang sempurna, dan Allah menciptakan semuanya sesuai dengan ilmunya tentangnya dan berdasarkan kehendaknya. Bukan dengan adanya tujuan dari perbuatannya. Namun perbuatan Allah tanpa tujuan ini tidak bisa dikatakan dengan perbuatan sia-sia karena yang namanya sia-sia hanya bisa dikatakan padaNya jika Allah memang bisa menerima tujuan dan manfaat lantas tidak melakukan dengan tujuanโ€ Ghoyatu Al-Marom Fi Ilmi Al-Kalam, Saifuddin Al-Amidi, 223 Padahal kita tahu, bahwa yang bisa melakukan sesuatu sesuai keinginannya dan ilmunya, tidaklah disebut dengan Hakim dan bijaksana. Bahkan di dalam bahasa arab, kalimat hakim digunakan untuk kalimat yang mengandung makna โ€œpencegahan dari keburukan dan kerusakanโ€, maka Allah Azza wa Jalla tidak akan pernah melakukan hal yang buruk, baik pada hukum syariatNya, ataupun ciptaan-ciptaanNya. Karena asal dari kalimat โ€œhakimโ€ adalah โ€œAl-Hukmuโ€ yang bermakna โ€œAl-Manโ€™uโ€. Bukankah bisa jadi seorang penjahat melakukan sesuatu kejahatan berdasarkan ilmu dan kehendaknya?, apakah penjahat tersebut disebut dengan Hakim? Sungguh orang yang melakukan sesuatu tanpa tujuan maka jelas disifati dengan perbuatan sia-sia, maka bagaimana hal ini ditujukan kepada Allah, bahwa Allah berbuat dan menciptakan tanpa ada tujuan sama sekali?, bukankah ini perbuatan sia-sia?. Adapun syubhat-syubhat yang berkaitan dengan hal ini dan bantahannya maka silahkan baca Tesis kami yang diterjemahkan dengan judul โ€œMenjawab Syubhat Para Penolak Sifat Allahโ€ pada sub judul berkaitan tentang sifat al-Hikmah. [6] Lihat Majmuโ€™ Alfatawa 8/37 [7] Bahkan, bisa jadi Allah buka kenikmatan dunia pada sebagian kaum sebagai bentuk istidroj dan agar mereka semakin sengsara nantinya. Allah berfirman ููŽู„ูŽู…ู‘ูŽุง ู†ูŽุณููˆุง ู…ูŽุง ุฐููƒู‘ูุฑููˆุง ุจูู‡ู ููŽุชูŽุญู’ู†ูŽุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ุฃูŽุจู’ูˆูŽุงุจูŽ ูƒูู„ู‘ู ุดูŽูŠู’ุกู ุญูŽุชู‘ูŽู‰ ุฅูุฐูŽุง ููŽุฑูุญููˆุง ุจูู…ูŽุง ุฃููˆุชููˆุง ุฃูŽุฎูŽุฐู’ู†ูŽุงู‡ูู…ู’ ุจูŽุบู’ุชูŽุฉู‹ ููŽุฅูุฐูŽุง ู‡ูู…ู’ ู…ูุจู’ู„ูุณููˆู†ูŽ โ€œDan tatkala mereka lupa akan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, kamipun membukakan untuk mereka semua pintu kesenangan untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, kami siksa mereka secara tiba-tiba. Dan tatkala itu merekapun terdiam putus asaโ€ Al-Anโ€™am 44 Ibnu Taimiyyah berkata ูˆูŽุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ูƒูู„ู‘ู ู…ูŽู†ู’ ุฃูุนู’ุทููŠูŽ ู…ูŽุงู„ู‹ุง ุฃูŽูˆู’ ุฏูู†ู’ูŠูŽุง ุฃูŽูˆู’ ุฑููŠูŽุงุณูŽุฉู‹ ูƒูŽุงู†ูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽ ู†ูŽุงููุนู‹ุง ู„ูŽู‡ู ุนูู†ู’ุฏูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูุŒ ู…ูู†ู’ุฌููŠู‹ุง ู„ูŽู‡ู ู…ูู†ู’ ุนูŽุฐูŽุงุจูู‡ูุŒ ููŽุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ูŠูุนู’ุทููŠ ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ู…ูŽู†ู’ ูŠูุญูุจู‘ู ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ู„ูŽุง ูŠูุญูุจู‘ู. ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูุนู’ุทููŠ ุงู„ู’ุฅููŠู…ูŽุงู†ูŽ ุฅู„ู‘ูŽุง ู…ูŽู†ู’ ูŠูุญูุจู‘ู. โ€œSesungguhnya tidak semua yang diberikan harta atau dunia, atau kedudukan, bermanfaat baginya di sisi Allah, serta menyelamatkannya dari adzab Allah. Karena Allah memberikan dunia ini kepada yang Allah cintai dan yang tidak Allah cinta. Dan sesungguhnya Allah tidaklah memberi iman kecuali kepada orang yang Dia cintaiโ€ Al-Fatawa Al-Kubro, Ibnu Taimiyyah, 2/420. [8] Akan tetapi, seseorang itu bisa dikatakan dimuliakan Allah, jika Allah memberikan kepadanya hidayah mengikuti kebenaran dan istiqomah di atas kebenaran. Jika harta tersebut menjadikannya dekat kepada Allah maka berarti dia dimuliakan oleh Allah, jika tidak maka tidak. Jangankan harta, bahkan seseorang yang memiliki โ€œkesaktianโ€ tidak serta merta berarti dia dimuliakan oleh Allah. Ibnu Taimiyyah berkata ูˆูŽูŠูุนูุฏู‘ููˆู†ูŽ ู…ูุฌูŽุฑู‘ูŽุฏูŽ ุฎูŽุฑู’ู‚ู ุงู„ู’ุนูŽุงุฏูŽุฉู ู„ูุฃูŽุญูŽุฏูู‡ูู…ู’ ุจููƒูŽุดู’ูู ูŠููƒู’ุดูŽูู ู„ูŽู‡ู ุฃูŽูˆู’ ุจูุชูŽุฃู’ุซููŠุฑู ูŠููˆูŽุงููู‚ู ุฅุฑูŽุงุฏูŽุชูŽู‡ู ู‡ููˆูŽ ูƒูŽุฑูŽุงู…ูŽุฉูŒ ู…ูู†ู’ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ู„ูŽู‡ู ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ููˆู†ูŽ ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ูููŠ ุงู„ู’ุญูŽู‚ููŠู‚ูŽุฉู ุฅู‡ูŽุงู†ูŽุฉูŒ ูˆูŽุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู’ูƒูŽุฑูŽุงู…ูŽุฉูŽ ู„ูุฒููˆู…ู ุงู„ูุงุณู’ุชูู‚ูŽุงู…ูŽุฉู ูˆูŽุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ู„ูŽู…ู’ ูŠููƒู’ุฑูู…ู’ ุนูŽุจู’ุฏูŽู‡ู ุจููƒูŽุฑูŽุงู…ูŽุฉู ุฃูŽุนู’ุธูŽู…ูŽ ู…ูู†ู’ ู…ููˆูŽุงููŽู‚ูŽุชูู‡ู ูููŠู…ูŽุง ูŠูุญูุจู‘ูู‡ู ูˆูŽูŠูŽุฑู’ุถูŽุงู‡ู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุทูŽุงุนูŽุชูู‡ู ูˆูŽุทูŽุงุนูŽุฉู ุฑูŽุณููˆู„ูู‡ู ูˆูŽู…ููˆูŽุงู„ูŽุงุฉู ุฃูŽูˆู’ู„ููŠูŽุงุฆูู‡ู ูˆูŽู…ูุนูŽุงุฏูŽุงุฉู ุฃูŽุนู’ุฏูŽุงุฆูู‡ู โ€œDan mereka menganggap bahwa kesaktian salah seorang dari mereka berupa mukasyafah, atau kejadian yang sesuai dengan apa yang dia inginkan, berarti itu adalah karomah dari Allah untuknya, sedangkan ia tidak sadar bahwa yang demikian adalah penghinaan dari Allah untuknya. Dan sesungguhnya karomah adalah senantiasa istiqomah, dan sesungguhnya Allah tidak pernah memuliakan hambanya dengan suatu karomah yang lebih berharga dari Allah memberinya hidayah untuk senantiasa sesuai dengan apa yang Allah cintai dan Allah ridhoi. Yaitu taat kepada Allah dan RasulNya, dan loyal kepada wali-waliNya dan memusuhi musuh-musuh Allahโ€ Majmuโ€™ Al-Fatawa, Ibnu Taimiyyah, 10/29-30 Maka dapat kita simpulkan, bahwa semua kenikmatan yang Allah Azza wa Jalla berikan kepada hambanya, bisa dikatakan sebagai pemuliaan terhadapnya, jika kenikmatan-kenikmatan itu ia gunakan dalam ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla. Dan jika ia tidak gunakan untuk hal itu, maka yang demikian adalah penghinaan Allah Azza wa Jalla untuknya. [9] QS. At-Taubah 120 [10] Ahmad no. 23074, dishahihkan oleh Al-Albani bahwa sanadnya sahih sesuai dengan syarat Muslim Silsilah Al-Ahadis Ash-Shahihah 2/734. [11] HR. Bukhori 7405 dan Muslim No. 2675 [12] QS. Al-Baqarah 286 [13] QS. Az-Zumar 53 [14] QS. Al-Anโ€™am 59 [15] Lihat Tarikh Baghdad 12/7

aku adalah prasangka hambaku