๐ŸŒ Gambar Tangan Diatas Lebih Baik Daripada Tangan Dibawah

Tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah dan tangan diatas adalah yang memberi sedangkan tangan dibawah adalah yang mengambil." (HR. Bukhari dan Muslim)๏ธ Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah menjelaskan yang dimaksud dengan tangan diatas dan dibawah. Maka kita tidak butuh lagi penjelasan selain dari penjelasan Nabi DariHakรฎm bin Hizรขm Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Dan mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu. Dan sebaik-sebaik sedekah adalah yang dikeluarkan dari orang yang tidak membutuhkannya. Tanganyang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah [HR Bukhari (no. 1427) dan Muslim no.1053 (124)]. Yaitu orang yang memberi lebih baik daripada orang yang menerima, karena pemberi berada di atas penerima, maka tangan dialah yang lebih tinggi sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam . Tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah." Yang dimaksud "diatas" di sini ya itu lebih utama, lebih tinggi dan lebih mulia. Karena dia yang memberi/bersedekah dan yang berderma. Penulis kitab ini Rahimahullah menyebutkan bahwa tangan diatas adalah yang memberi. Adapun tangan yang dibawah adalah yang meminta. Tanganyang diatas adalah yang memberi (mengeluarkan infaq) sedangkan tangan yang di bawah adalah yang meminta. Pesan hadits yang disampaikan: 1. Anjuran untuk memberi dan tidak meminta-minta. 2. Motivasi agar kita bekerja dan berusaha mencari nafkah, agar bisa menjadi tangan yang di atas dan memberi orang lain yang membutuhkan Bagi ke FB Bukankepada manusia. Dari konsep ini saja kita sudah dapat menyimpulkan setidaknya satu, kepada manusia, memberi itu lebih baik daripada menerima. "Tangan di atas itu lebih baik dari pada tangan di bawah.". Tangan di Atas Lebih Baik dari pada Tangan di Bawah Dari segi kewajiban atau kepantasan seperti yang dibahas di atas, sebenarnya kita LayaknyaPesantren, Perlu dibantu dan Diperjuangkan. Tepatnya Tadi malam (18/05) Sebuah Persembahan dari Kelas 3 TMI sekaligus Tasyakuran mereka, atas Selesainya Ujian Nasional yang dilaksanakan beberapa Minggu lalu. Acara tersebut dinamakan "ROAD TO MA DN 3". Santri Kelas 3 memberikan sebuah kenang-kenangan dan Wakaf 10 Sak Semen untuk IlustrasiTangan di Atas Lebih Baik daripada Tangan di Bawah Foto: Republika/Tahta Aidilla Hadis tentang keutamaan tangan di atas mengandung motivasi untuk selalu maju. REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW bersabda, sebagaimana diriwayatkan Hakim bin Hizam radhiyallahuanhu. "Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Pengajaran 1. Bersedekah lebih baik daripada meminta-minta. 2. Menghulurkan sedekah dan sumbangan hendaklah dimulakan terlebih dahulu kepada ahli keluarga yang menjadi tanggungan kita. 3. Sedekah yang paling baik adalah lebihan daripada keperluan asas seseorang. 4. Berusaha mencari rezeki dan elakkan diri dari meminta-minta. 5. mOgDc. . Dalam sebuah hadits populer yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Muslim dan Ahmad bin Hanbal, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda ุงูŽู„ู’ูŠูŽุฏู ุงู„ู’ุนูู„ู’ูŠูŽุง ุฎูŽูŠู’ุฑูŒ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ูŠูŽุฏู ุงู„ุณูู‘ูู’ู„ูŽู‰ โ€œTangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.โ€ Rasulullah dalam hadits lain menjelaskan, bahwa โ€œtangan di atasโ€ adalah orang yang bersedekah, dan โ€œtangan di bawahโ€ adalah orang yang menerima pemberian. Kemudian, kebanyakan orang menafsirkan bahwa โ€œorang yang memberi lebih baik daripada orang yang menerima.โ€ Muhammad Fethullah Gulen, seorang ulama asal Turki memiliki penafsiran yang berbeda tentang hadits ini. Dalam bukunya โ€œAn-Nur Al-Khalidโ€ yang diajarkan di masjid Al Azhar oleh Syekh Fathi Hijazi, beliau menjelaskan bahwa dalam hadits ini Rasulullah sama sekali tidak menyebutkan bahwa โ€œtangan di bawahโ€ adalah buruk. Hal ini mengisyaratkan bahwa โ€œtangan di bawahโ€ bukanlah sesuatu yang pasti buruk, melainkan hanya kurang baik. Allah selalu menciptakan sesuatu dengan seimbang. โ€œTangan di bawahโ€ adalah penyeimbang โ€œtangan di atas.โ€ Coba bayangkan jika dunia ini hanya dihuni oleh pemilik โ€œtangan di atasโ€, maka siapakah yang akan menerima sedekah. Ganjil bukan? Baca juga Kesalahan Memaknai Hadits โ€œSampaikanlah Dariku Walau Hanya Satu Ayatโ€ Apakah โ€œtangan di atasโ€ selalu lebih baik daripada โ€œtangan di bawahโ€? Dalam bahasa Arab, orang yang memberi disebut sebagai al-muโ€™thi, orang yang menerima disebut sebagai al-akhidz. Seandainya Rasulullah menggunakan kedua kata ini dengan maksud untuk menyebutkan apa yang dilakukan oleh โ€œtanganโ€, maka kalimat yang muncul akan berbunyi โ€œtangan yang memberi lebih baik daripada tangan yang menerima.โ€ Padahal di dalam hadits ini beliau hanya menggunakan kata โ€œdi atasโ€ dan โ€œdi bawahโ€. Maka bisa dipahami bahwa tidak selamanya tangan yang memberi lebih baik daripada tangan yang menerima. Dalam beberapa kasus, โ€œtangan di bawahโ€ lebih baik daripada โ€œtangan di atasโ€. Contohnya adalah seseorang yang terpaksa menerima pemberian dari temannya, demi menjaga perasaan temannya tersebut. Dalam kondisi seperti ini, meski โ€œtangan di atasโ€ lebih baik secara lahir, tapi sebenarnya โ€œtangan yang di bawahโ€ itulah yang berada di atas. Contoh lain adalah orang yang menerima bantuan untuk disalurkannya kembali kepada orang yang membutuhkan. Dalam kondisi seperti ini, โ€œtangan di bawahโ€ berbalik menjadi โ€œtangan di atasโ€. Seringkali ditemukan orang-orang miskin yang sabar dalam menghadapi ujian duniawi. Tubuh mereka lusuh dan tidak banyak pintu rejeki yang terbuka untuk mereka. Secara lahir orang-orang seperti ini adalah โ€œtangan di bawah.โ€ Namun Rasulullah mengomentari sisi lain mereka dengan bersabda โ€œSeandainya mereka bersumpah bermunajat atas nama Allah, maka pasti Allah akan mengabulkan munajat mereka.โ€ Contohnya adalah Sahabat Barraโ€™ bin Malik radhiyallahu anhu. Beliau termasuk golongan โ€œtangan di bawahโ€. Namun setiap kali kaum muslimin sedang menghadapi kesulitan dalam pertempuran, mereka selalu meminta Barraโ€™ untuk memintakan kemenangan kepada Allah, dan doanya selalu dikabulkan. Demikian pula halnya dengan sahabat Tsauban radhiyallahu anhu yang menjadi salah satu dari golongan โ€œtangan di bawahโ€. Rasulullah menasihati Tsauban agar tidak meminta-minta sesuatu kepada orang lain, meski terkadang ada saja manusia yang memberi sedekah kepada Tsauban, bahkan Malaikat Jibril pernah menyambar sebagai manusia untuk bersedekah kepadanya. Baca juga Memaknai Hakikat Rumah Tuhan yang Sering Terabaikan Tentu saja derajat orang-orang seperti Barraโ€™ dan Tsauban tidak mesti di bawah orang-orang yang suka berderma, karena dengan kesabaran dan ketawakkalan mereka, sedekah yang diterima seolah-oleh datang langsung dari Allah subhanahu wa taโ€™ala. Dari pemaparan di atas, Fethullah Gulen menyimpulkan bahwa tidak semua "tangan di atas" yang memberi lebih baik daripada tangan yang menerima. Adapun maksud dari hadits tersebut adalah bahwa Rasulullah berpesan kepada umat Islam supaya menjadi orang-orang yang terhormat dengan tidak meminta-minta kepada orang lain. Skip to content HomeLandasan AgamaFikih dan MuamalahNasihat HatiNasihat UlamaSejarah IslamHomeLandasan AgamaFikih dan MuamalahNasihat HatiNasihat UlamaSejarah IslamHomeLandasan AgamaFikih dan MuamalahNasihat HatiNasihat UlamaSejarah Islam TANGAN YANG DI ATAS LEBIH BAIK DARIPADA TANGAN YANG DI BAWAH TANGAN YANG DI ATAS LEBIH BAIK DARIPADA TANGAN YANG DI BAWAH Jangan Tolak Pemberian Orang Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda ุงูŽู„ู’ูŠูŽุฏู ุงู„ู’ุนูู„ู’ูŠูŽุง ุฎูŽูŠู’ุฑูŒ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ูŠูŽุฏู ุงู„ุณู‘ููู’ู„ูŽู‰ Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah [HR Bukhari no. 1427 dan Muslim 124]. Yaitu orang yang memberi lebih baik daripada orang yang menerima, karena pemberi berada di atas penerima, maka tangan dialah yang lebih tinggi sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam . Al-Yadus Sufla tangan yang dibawah memiliki beberapa pengertian Makna Pertama Artinya orang yang menerima, jadi maksudnya adalah orang yang memberi lebih baik daripada orang yang menerima. Namun ini bukan berarti bahwa orang yang diberi tidak boleh menerima pemberian orang lain. Bila seseorang memberikan hadiah kepadanya, maka dia boleh menerimanya, seperti yang terjadi pada Shahabat yang mulia Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu ketika beliau Radhiyallahu anhu menolak pemberian dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam , maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepadanya ุฎูุฐู’ู‡ูุŒ ูˆูŽู…ูŽุง ุฌูŽุงุกูŽูƒูŽ ู…ูู†ู’ ู‡ูŽุฐูŽุง ุงู„ู’ู…ูŽุงู„ู ูˆูŽุฃู†ู’ุชูŽ ุบูŽูŠู’ุฑู ู…ูุดู’ุฑููู ูˆูŽู„ุงูŽ ุณูŽุงุฆูู„ูุŒ ููŽุฎูุฐู’ู‡ูุŒ ูˆูŽู…ูŽุง ู„ูŽุงุŒ ููŽู„ุงูŽ ุชูุชู’ุจูุนู’ู‡ู ู†ูŽูู’ุณูŽูƒูŽ Ambillah pemberian ini! Harta yang datang kepadamu, sementara engkau tidak mengharapkan kedatangannya dan tidak juga memintanya, maka ambillah. Dan apa-apa yang tidak diberikan kepadamu, maka jangan memperturutkan hawa nafsumu untuk memperolehnya.โ€ [Muttafaq alaih HR. Al-Bukhari no. 1473 dan Muslim no. 1045 110]. Demikian juga jika ada yang memberikan sedekah dan infak kepada orang miskin dan orang itu berhak menerima, maka boleh ia menerimanya. Makna Kedua Yaitu orang yang minta-minta, sebagaimana dalam sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam ุงูŽู„ู’ูŠูŽุฏู ุงู„ู’ุนูู„ู’ูŠูŽุง ุฎูŽูŠู’ุฑูŒ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ูŠูŽุฏู ุงู„ุณู‘ููู’ู„ูŽู‰ุŒ ุงูŽู„ู’ูŠูŽุฏู ุงู„ู’ุนูู„ู’ูŠูŽุง ู‡ููŠูŽ ุงู„ู’ู…ูู†ู’ููู‚ูŽุฉูุŒ ูˆูŽุงู„ุณู‘ููู’ู„ูŽู‰ ู‡ููŠูŽ ุงู„ุณู‘ูŽุงุฆูู„ูŽุฉู Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Tangan di atas yaitu orang yang memberi infak dan tangan di bawah yaitu orang yang minta-minta [Muttafaq alaih HR. Al-Bukhari no. 1429 dan Muslim no. 1033, dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhuma]. Makna yang kedua ini terlarang dalam syariโ€™at bila seseorang tidak sangat membutuhkan. Karena meminta-minta dalam syariโ€™at Islam tidak boleh, kecuali sangat terpaksa. Ada beberapa hadis Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang melarang untuk meminta-minta, di antaranya sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam ู…ูŽุง ูŠูŽุฒูŽุงู„ู ุงู„ุฑู‘ูŽุฌูู„ู ูŠูŽุณู’ุฃูŽู„ู ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณูŽุŒ ุญูŽุชู‘ูŽู‰ูฐ ูŠูŽุฃู’ุชููŠูŽ ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ุงู„ู’ู‚ููŠูŽุงู…ูŽุฉู ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ูููŠู’ ูˆูŽุฌู’ู‡ูู‡ู ู…ูุฒู’ุนูŽุฉู ู„ูŽุญู’ู…ู Seseorang senantiasa meminta-minta kepada orang lain sehingga ia akan datang pada Hari Kiamat dalam keadaan tidak ada sepotong daging pun di wajahnya [Muttafaq alaih HR. Al-Bukhari no. 1474 dan Muslim no. 1040 103]. Hadis ini merupakan ancaman keras yang menunjukkan bahwa meminta-minta kepada manusia tanpa ada kebutuhan itu hukumnya haram. Oleh karena itu, para Ulama mengatakan bahwa tidak halal bagi seseorang meminta sesuatu kepada manusia kecuali ketika darurat. Ancaman dalam hadis di atas diperuntukkan bagi orang yang meminta-minta kepada orang lain untuk memperkaya diri, bukan karena kebutuhan. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda ู…ูŽู†ู’ ุณูŽุฃูŽู„ูŽ ู…ูู†ู’ ุบูŽูŠู’ุฑู ููŽู‚ู’ุฑู ููŽูƒูŽุฃูŽู†ู‘ูŽู…ูŽุง ูŠูŽุฃู’ูƒูู„ู ุงู„ู’ุฌูŽู…ู’ุฑูŽ Barang siapa meminta-minta kepada orang lain tanpa adanya kebutuhan, maka seolah-olah ia memakan bara api.โ€™ [Shahih HR. Ahmad IV/165, Ibnu Khuzaimah no. 2446, dan ath-Thabrani dalam al-Muโ€™jamul Kabรฎr IV/15, no. 3506-3508. Lihat Shahรฎh al-Jamiโ€™ish Shaghรฎr no. 6281, dari Hubsyi bin Junadah Radhiyallahu anhu]. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda ู…ูŽู†ู’ ุณูŽุฃูŽู„ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณูŽ ุฃูŽู…ู’ูˆูŽุงู„ูŽู‡ูู…ู’ ุชูŽูƒูŽุซู‘ูุฑู‹ุง ุŒ ููŽุฅูู†ู‘ูŽู…ูŽุง ูŠูŽุณู’ุฃูŽู„ู ุฌูŽู…ู’ุฑู‹ุง ุŒ ููŽู„ู’ูŠูŽุณู’ุชูŽู‚ูู„ู‘ูŽ ุฃูŽูˆู’ ู„ููŠูŽุณู’ุชูŽูƒู’ุซูุฑู’ Barang siapa meminta harta kepada orang lain untuk memperkaya diri, maka sungguh, ia hanyalah meminta bara api. Maka silakan ia meminta sedikit atau banyak [Shahih HR. Muslim no. 1041, Ahmad II/231, Ibnu Majah no. 1838, Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf no. 10767, al-Baihaqi IV/196, Abu Yaโ€™la no. 6061, dan Ibnu Hibban no. 3384-at-Taโ€™lรฎqatul Hisan]. Adapun meminta-minta karena adanya kebutuhan yang sangat mendesak, maka boleh karena terpaksa. Allah Azza wa Jalla berfirman ูˆูŽุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุงู„ุณู‘ูŽุงุฆูู„ูŽ ููŽู„ูŽุง ุชูŽู†ู’ู‡ูŽุฑู’ Dan terhadap orang yang meminta-minta, janganlah engkau menghardiknya.โ€ [Adh-Dhuha/9310] Related Posts Soal Ulangan - sahabat soal ulangan pada kesempatan ini kita akan mengkaji tentang Larangan meminta-minta dan Tangan di atas lebih baik daripada tangan dibawah, berikut selengkapnya. ุนูŽู†ู’ ุญูŽูƒููŠู…ู ุจู’ู†ู ุญูุฒูŽุงู…ู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ุนูŽู†ู’ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู’ูŠูŽุฏู ุงู„ู’ุนูู„ู’ูŠูŽุง ุฎูŽูŠู’ุฑูŒ ู…ูู†ู’ ุงู„ู’ูŠูŽุฏู ุงู„ุณู‘ููู’ู„ูŽู‰ ูˆูŽุงุจู’ุฏูŽุฃู’ ุจูู…ูŽู†ู’ ุชูŽุนููˆู„ู ูˆูŽุฎูŽูŠู’ุฑู ุงู„ุตู‘ูŽุฏูŽู‚ูŽุฉู ุนูŽู†ู’ ุธูŽู‡ู’ุฑู ุบูู†ู‹ู‰ ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ูŠูŽุณู’ุชูŽุนู’ูููู’ ูŠูุนููู‘ูŽู‡ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ูŠูŽุณู’ุชูŽุบู’ู†ู ูŠูุบู’ู†ูู‡ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ูˆูŽุนูŽู†ู’ ูˆูู‡ูŽูŠู’ุจู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฃูŽุฎู’ุจูŽุฑูŽู†ูŽุง ู‡ูุดูŽุงู…ูŒ ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠู‡ู ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ุนูŽู†ู’ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุจูู‡ูŽุฐูŽุงDari Hakim bin Hizam radliallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam berkata, "Tangan yang diatas lebih baik dari pada tangan yang di bawah, maka mulailah untuk orang-orang yang menjadi tanggunganmu dan shadaqah yang paling baik adalah dari orang yang sudah cukup untuk kebutuhan dirinya. Maka barangsiapa yang berusaha memelihara dirinya, Allah akan memeliharanya dan barangsiapa yang berusaha mencukupkan dirinya maka Allah akan mencukupkannya".HR. BukhoriDalam hadis riwayat Bukhari dari Hakim bin Hizam, Rasulullah menjelaskan bahwa โ€œTangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawahโ€, maksudnya bahwa orang yang memberi lebih baik daripada yang menerima. Namun demikian bukan berarti jika kita diberi sesuatu oleh orang lain tidak boleh menerima. Jika ada orang yang memberi hadiah maka boleh diterima. Hal ini pernah dicontohkan Rasulullah Saw., ketika itu Rasulullah menegur sahabtnya, Umar bin Khaththab karena Umar tidak mau menerima pemberian Rasulullah Saw., maka Rasul pun menegurnya, sebagaimana sabdanya โ€œAmbillah pemberian ini! Harta yang datang kepadamu, sementara engkau tidak mengharapkan kedatangannya, dan juga tidak memintanya. Maka ambilah. Dan apaapa yang tidak diberikan kepadamu. maka jangan memperturutkan hawa nafsumu untuk memperolehnya.โ€ HR. Bukhari - Muslim. Dengan demikian jika ada yang memberi tidak dilarang untuk menerimanya, tetapi dilarang dilarang keras dalam syariโ€™at kecuali dalam keadaan sangat terpaksa. Rasulullah mengilustrasikan akibat meminta-minta bahwa โ€œSeseorang yang senantiasa meminta-minta kepada orang lain sehingga ia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan tidak ada sepotong daging pun di wajahnya.โ€ HR. Bukhari โ€“ Muslim. Ini menggambarkan bahwa meminta-minta tanpa ada kepentingan yang sangat mendesak adalah suatu kehinaan yang berakibat dosa. Dalam hadis yang lain Rasul pun bersabda โ€œBarangsiapa meminta-minta kepada orang lain tanpa adanya kebutuhan, maka ia seolah-olah memakan bara api.โ€ HR. Ahmad Selain itu, dalam hadis riwayat Bukhari Muslim dari Abu Hurairah juga menjelaskan bahwa menafkahi keluarga yang menjadi tanggungan adalah harus menjadi prioritas utama dibandingkan memberi nafkah orang lain. Maka mulailah berinfak dengan mencukupi kebutuhan diri sendiri lalu orang yang menjadi tanggungan kita. Berinfak untuk dirimu lebih baik daripada selainnya. Rasulullah dalam hadisnya bersabda โ€œMulailah dari dirimu, bersedekahlah untuknya, jika ada sisa, maka untuk keluargamuโ€. HR. Muslim. Dalam hadis yang lain Rasulullah Saw. bersabda โ€œ Satu dinar yang engkau infakkan di jalan Allah, satu dinar yang engkau infakkan untuk memerdekakan seorang hamba budak, satu dinar yang engkau infakkan untuk orang miskin, dan satu dinar yang engkau infakkan untuk keluargamu, maka yang lebih besar ganjarannya ialah satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamuโ€. HR. MuslimSelain itu hadis riwayat Bukhari Muslim dari Abu Hurairah ini juga menjelaskan bahwa sedekah atau infak terbaik adalah setelah tercukupinya kebutuhan keluarga. Dan yang berhak mendapat nafkah lebih awal adalah keluarga terdekat dan orangorang yang menjadi tanggungan. Selanjutnya dalam hadis ini juga mengabarkan bahwa Allah akan memelihara orang yang memelihara dirinya iffah. Dan Allah akan mencukupkan orang yang mencukupkan kebutuhan dirinya qanaโ€™ah. Ini terlihat dalam kalimat โ€œMaka barangsiapa yang berusaha memelihara dirinya, Allah akan memeliharanya dan barangsiapa yang berusaha mencukupkan dirinya maka Allah akan mencukupkannya." Ini bukti bahwa orang yang ikhlas menerima ketentuan bahwa rezeki itu dari Allah, maka Allah akan senantiasa menjaga dan memelihara kesuciannya. Perilaku seperti demikian hanya akan lahir dari orang-orang yang memiliki keimanan yang kuat. Maka berinfaklah, karena infak merupakan bukti dari keutamaan iman seseorang.

gambar tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah